BERITA KR 24 April 1989 di halaman 1 bawah kolom 3 sampai 6 berjudul “Dua Macan Berkeliaran di Srumbung" sangat menarik perhatian. Selama beberapa tahun terakhir ada semacam pertikaian pendapat diantara para pengamat. Satu kelompok mengatakan, Harimau Jawa (Panthera Tigris Javanensis) yang bisa disebut macan loreng sudah punah. Sekelompok lain bersitegang menyatakan, harimau Jawa masih ada.
Akhir 1970-an ketika anak saya Jusuf ber KKN di daerah Kokap (Kulonprogo) berceritera, Pak Lurah Kokap terkenal sebagai pawang harimau dan menurut cerita penduduk sering datang beberapa ekor macan loreng (juga disebut macan gembong) pada malam hari di pendopo kelurahan yang semuanya jinak di hadapan pak Lurah. Bahkan juga di hadapan tamu - tamu, asal mereka tidak berniat jahat terhadap harimau-harimau itu.
Oleh sebab Harimau Jawa secara internasional sudah didaftar sebagai endangered species (jenis satwa yang terancam punah), alangkah baiknya segera diadakan upaya untuk menyelamatkan harimau-harimau loreng yang muncul di Srumbung itu. Sepintas lalu kambing yang dimakan harimau itu memang berharga. Tetapi dilihat dari segi pelestarian alam dan lingkungan, nilai harimau-harimau itu jauh lebih tinggi!
Maka pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta seyogianya segera mengadakan langkah-langkah pegamanan agar harimau-harimau itu jangan sampai ditembak mati oleh siapa pun.
Barangkali dapat diusahakan untuk menangkapnya hidup-hidup dengan jerat, jaring atau jebakan (tijgerval). Atau ditembak dengan 'poisoned dart" peIuru berbentuk seperti paser yang diberi obat bius. Cara itu pernah digunakan untuk menangkap macan kumbang yang tersasar ke Fakultas Pertanian Gajah Mada beberapa tahun lalu.
Rektor Universitas Gajah Mada, prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri, SH yang pernah menjadi Sekretaris Menteri Negara PPLA barangkali sudi mengadakan upaya untuk menyelamatkan satwa-satwa yang terancam punah itu, sekaligus untuk membuktikan Panthera Tigris Javaniensis masih ada!
Berita KR itu gunting dan saya terjemahkan untuk kemudian saya kirimkan kepada majalah “Wild Life” di Amerika Serikat sebagai informasi untuk dijadikan dasar penelitian mereka.