Di alam liar, terdapat prinsip yang disebut azas pemencaran (dispersal) yang merupakan salah satu mekanisme penting bagi keberlangsungan ekosistem. Dalam konteks ini, mamalia seperti musang atau luwak memainkan peran penting dalam pemencaran berbagai jenis biji dan propagul tanaman, termasuk buah kopi dan buah palem piji hutan.
Buah palem piji hutan memiliki strategi pemencaran yang menarik. Buah ini memiliki selaput biji yang mengandung nutrisi yang penting bagi musang. Namun, bagian kulit biji yang kokoh memungkinkannya tetap utuh saat melewati sistem pencernaan musang. Enzim di lambung dan usus musang hanya mampu mencerna selaput daging buah piji, sehingga saat musang membuang sisa makanannya, biji palem piji hutan keluar dalam keadaan utuh. Akibatnya, biji-biji ini dapat tumbuh menjadi tunas baru karena terbebas dari faktor dormansi dan terpencar jauh dari induknya.
Dengan demikian, jika kita memperhatikan pertumbuhan pohon piji palem hutan, kita akan melihat bahwa mereka tumbuh dalam pola yang berkelompok. Hal ini disebabkan oleh pemencaran biji oleh musang yang menyebabkan biji-biji ini tumbuh dalam kelompok-kelompok yang jauh dari pohon induknya.
Dari temuan ini, kita dapat belajar bahwa alam mampu mengatur dirinya sendiri tanpa campur tangan manusia. Jika hutan dibiarkan alami tanpa gangguan manusia, maka proses pemencaran dan pertumbuhan tanaman akan tetap berjalan sesuai dengan prinsip alamiahnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar membaca keadaan alam dan memahami mekanisme alamiah yang terjadi di dalamnya.
Dengan memahami prinsip azas pemencaran ini, kita dapat lebih menghargai keindahan dan kompleksitas alam serta berperan dalam menjaga kelestarian ekosistem yang ada. Alangkah baiknya jika kita bisa belajar dari alam dan membiarkannya tetap alami, karena dalam alam yang alami terdapat keindahan dan keharmonisan yang tak ternilai harganya.