Ngiras-ngirus. Sebuah padanan kata yang sangat tepat untuk menyebut aktivitas PKJ selama beberapa hari di Jogjakarta (Desember 2012). Kegiatan pengambilan kamera trap di Lereng Merapi dan pemasangannya kembali di Gunung Kidul, dimanfaatkan sekalian untuk presentasi hasil pemantauan eksistensi macan tutul jawa kepada Pecinta Alam Jogja diantara waktu luang yang ada.
Kegiatan presentasi ini sebenarnya sangat insidental, dilatarbelakangi saat PKJ berkunjung ke Madawirna UNY, lalu menawarkan presentasi pengenalam macan tutul untuk anggota mudanya. Oleh mantan ketua Madawirna, disarankan saja sekalian ke teman-teman PA Jogja terutama yang tergabung di Sekber PA Jogja. Kegiatan disepakati hari Jum’at malam tgl 28 Desember 20012.
Pecinta Alam Jogja dirasa PKJ perlu dikenalkan dengan berbagai bekas aktivitas macan tutul jawa, sebab PA merupakan hobiis yang gemar berpetualang ke alam bebas terutama Riba dan Gunung. Pada setiap penjelajahan PA ke Rimba Gunung akan sangat berpeluang menjumpai dan menemukan bekas aktivitas hidupan liar, khususnya macan dan keluarga kucing besar Jawa.
Buku Berkawan Harimau Bersama Alam yang terbit tahun 2001, sejatinya juga merupakan jawaban dari penulis (Didik Raharyono) atas berbagai pertanyaan teman-teman PA (kala itu) agar mampu melakukan langkah-langkah ilmiah jika saat di hutan tempat bermainnya mereka (PA) menemukan dan menjumpai bekas aktivitas karnivor besar. Baik cara merekam temuan dengan manual maupun dengan membuat foto nya, sehingga menjadi data yang mempunya nilai ilmiah.
Acara di mulai dengan pengenalan secara umum sebaran distribusi macan tutul di dunia, dan ternyata di Indonesia hanya di jumpai di Pulau Jawa. Sekilas tentang beberapa aktivitas harian macan tutul juga dipaparkan, diantaranya: penjelajahan home range, cara berburu, dan pola pengasuhan anaknya. Pada penjelajahan home range, macan tutul berpeluang meninggalkan bekas aktivitas: jejak tapak kaki, bekas mendekam, cakaran di tanah, cakaran di pohon dan defekasi (feses dan urin). Pada perburuan, maka bekas aktivitas yang mungkin ditinggalkan adalah: sisa pemangsaan, rekaman puncak gigi pada tulang-tulang mangsa yang masih tersisa dan tempat pemangsaan.
Hampir lebih dari 10 tahun, PKJ dalam mengidentifikasi eksistensi macan tutul hanyalah menggunakan prediksi jenis temuan bekas aktivitas di suatu kawasan. Dari berbagai pendugaan tersebut nilai keakuratannya mencapai pembuktian saat dikontrak FFI-IP menjadi ‘operator kamera trap’ di Nusakambangan. Sehingga berbagai bekas aktivitas yang telah dikenal PKJ, saat dipasangi kamera trap: memperoleh bukti foto sosok macan tutul jawa; meliputi jejak tapak kaki, feses lama dan baru di satu lokasi; cakaran di tanah dan cakaran dipohon. Bahkan berhasil diperoleh gambar yang spektakuler berupa macan tutul jawa yang sedang mencakar di pohon cakaran aktiv.
Selain dari pada itu, juga telah berhasil diperoleh gambar sosok macan tutul di Perbukitan Pembarisan, hanya dengan memasang kamera trap setelah di jumpai bekas kuku yang terekam melukai tanah dan pada temuan feses yang bertumpuk antara feses lama dan baru.
Berbagai contoh bentuk feses macan tutul di habitatnya dipaparkan dalam presentasi kali ini: feses yang mengalami pengapuran; feses yang mengandung rambut lutung, kijang dan monyet; serta feses masih segar yang mengandung daun rerumputan dan cacing. Berbagai bentukan jejak kaki macan yang berbeda bentuknya (tergantung jenis substrat tanah) juga ditampilkan. Berikut juga ciri dan pola cakaran di tanah ataupun dipohon dengan pembanding goresan yang ditinggalkan oleh taring babi hutan dan ranggah rusa jawa.
Hasil yang diharapkan setelah mendapat pengenalan dasar ini, saat teman-teman Pecinta Alam masuk hutan dan menjumpai bekas aktivitas yang mencirikan karnivor besar jawa, dapat melakukan perekaman data. Sedangkan untuk identivikasi lebih lanjut, bisa didiskusikan dengan PKJ via FB ataupun e-mail.
Peserta yang hadir pada acara presentasi ini adalah 27 orang dari perwakilan beberapa lembaga PA Jogja. Harapan kedepan, yang hadir saat ini mampu menularkan pengetahuannya kepada rekan lain yang belum sempat datang. Semoga PA mampu memfungsikan dirinya sebagai agen-agen konservasi hidupan liar di berbagai habitat yang menjadi lokasi bermainnya.... semoga...