Pemakan daging oportunis, artinya memangsa semua sumber pakan yang mengandung daging, baik dari satwa berukuran kecil-sedang-maupun besar. Macan tutul jawa ternyata juga mempunyai sifat ‘oportunis’ sebagaimana halnya dengan harimau jawa; artinya macan ini mengkonsumsi satwa mangsa mulai dari jenis: babi hutan yang berukuran besar, lutung dan monyet yang berukuran sedang sampai moluska atau kelompok siput darat.
Kalau pada harimau jawa, sifat oportunisnya diketahui dari analisa kotoran yang mengandung serangga-monyet-kijang dan babi hutan ; sifat oportunis macan tutul di ketahui dari sisa pemangsaan. Perjumpaan sisa mangsa macan tutul di hutan jati yang mengandung tanah kapur dan membentuk formasi lorong-lorong goa permukaan di Ciamis Jawa Barat, ditemukan dibawah teras batu: berupa cangkang siput daun yang mengumpul.
Rekaman gigi macan tutul pada pecahan cangkang siput daun |
Sepintas, kumpulan cangkang siput daun ini seperti bekas aktivitas manusia, tetapi setelah dicermati secara seksama akan dijumpai rekaman puncak-puncak gigi yang berdasarkan ukurannya teridentifikasi sebagai bekas puncak gigi macan tutul. Selain di Ciamis kumpulan cangkang keong daun ini juga di jumpai di Nusakambangan. Di kedua lokasi ini, memiliki tipikal hutan yang selalu lembab dengan batuan kapur sebagai faktor edafik-nya.
Jarak rekaman antar puncak gigi macan tutul jawa berukuran sekitar 1 cm diukur pada tepi-tepi pecahan cangkang siput daun; selain itu rekaman puncak gigi macan tutul juga dijumpai pada duri landak (temuan daru TN. Gunung Merapi Jogjakarta).