Sekali lagi saya akan berbagi pengalaman perihal eksistensi harimau jawa (Panthera tigris sondaica). Saat ini kajian yang menarik adalah identifikasi fekal secara makroskopis, artinya dengan mata telanjang tanpa bantuan alat apapun –kecuali kamera untuk pendokumentasian dan alat ukur. Kumpulan feses karnivor besar yang telah saya koleksi hampir seratusan lebih.
Awalnya, setiap menemukan feses berciri milik karnivor kami koleksi. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pengkoleksian yang saya lakukan saat ini hanyalah dengan melakukan pemotretan (terutama saat perjumpaan di lapangan). Selain itu kiriman sample dan foto feses hasil perjumpaan dari teman-teman Pecinta Alam dan Masyarakat Local di Jawa Timur dan Jawa Tengah juga masih mengalir. Banyak hal yang dapat diurai dengan melakukan kajian fekal ini.
Metode Penelitian
Pada tahap awal penelitian semua fekal kami koleksi dari hutan. Sistem penyimpanan dan pengamanan selama perjalan berhari-hari di hutan dengan cara memasukkan sample feses ke dalam ruas bambu yang memang banyak di hutan tempat telitian kami (hal ini untuk menjaga bentuk feses supaya tidak rusak). Sesampainya di flaying camp maka fekal tersebut kami keringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari langsung, dan jika sampai di base camp maka feses dimasukkan ke dalam tabung-tabung kaca berdiameter 3-4 cm (sesuai dengan ukuran sample feses), lalu dikeringkan menggunakan lampu bolam 60 W, setelah 2 hari feses akan kering.
Pengeringan ini berguna untuk menghindari proses penghancuran sample oleh serangga dan jamur. Mengingat dari fekal ini dapat dipelajari sedetail mungkin perihal : jenis pakan, komposisi pakan, pola perilaku, bahkan memungkinkan pendeteksian lokasi-lokasi penyantapan prey.
Pendokumentasian sample feses dilakukan baik saat pertama kali dijumpai di alam (kondisi alami saat ditemukan) maupun saat setelah pengeringan. Hal ini untuk mempertajam analisa fekal meliputi perilaku ikutan yang biasanya belum terfikirkan saat perjumpaan langsung di alam. Setelah itu baru dilakukan pembongkaran feses untuk mengetahui komposisi adanya fragmen tulang dan analisis rekam puncak gigi.
Struktur Dasar Fekal Karnivor Keluarga Kucing Besar
Sebagai tahap awal kita harus dapat membedakan feses karnivor besar seperti Harimau Jawa dengan feses ular dan muntahan burung hantu besar (Tito sp.). Sebagai ciri utama fekal milik keluarga kucing besar adalah komposisi fekal yang terdiri dari rambut prey, remukan tulang dan tersusun sebagai bolus (masyarakat local dengan mudah mendiskripsikan bolus feses karnivor sebagai mirip bulatan-bulatan pada kotoran kuda). Sedangkan kotoran milik ular piton strukturnya memang mengandung rambut prey, hanya saja fragmen tulang tidak ada alias telah tercerna sempurna menjadi semacam pasta (mirip pasta gigi: putih).
Adapun muntahan burung hantu bentuknya mirip boli karnivor besar, hanya saja strukturnya selalu mengandung kepala tikus, tupai atau kelelawar buah yang dimangsanya dengan tulang-tulang pipa yang masih utuh. Berdasarkan pengalaman di lapangan, dari ketiga jenis fekal tersebut selain ditunjang oleh kenampakan morfologinya juga akan terdeteksi dari “aroma” khas masing-masing fekal tersebut. Hal ini tentunya berkaitan langsung dengan perbedaan jenis enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh karnivor, ular dan burung.