Berdasarkan hasil sensus th 2010 diketahui bahwa kepadatan penduduk di P. Jawa adalah 1.055 orang/km2, sehingga Anda pasti akan berfikir: “lalu dimana hidupan liar Jawa akan bersembunyi?” Tentunya Kita tidak akan serta merta langsung berasumsi bahwa dengan kepadatan penduduk tersebut berarti ada sekitar 1.055 orang yang tersebar merata mendiami setiap km2 area di P. Jawa. Jawaban kegamangan Anda adalah masih adanya sebaran penutupan distribusi hutan P. Jawa seperti gambar diatas, juga masih adanya badak jawa (Rhinoceros sundaicus sundaicus) yang menghuni hutan di Ujung Kulon dan masih adanya banteng jawa (Bos sondaicus javanicus) yang hidup di hutan Baluran-Meru Betiri-Alas Purwo dan Ujung Kulon.
Apa kaitannya pemikiran di atas tentang kepadatan penduduk dengan distribusi habitat karnivor besar Jawa? Artinya bahwa dengan masih eksisnya prey hutan di Jawa, berarti masih eksis juga karnivor besarnya walaupun secara riel memang P. Jawa memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu tekanan manusia terhadap habitat karnivor besar dan satwa liar Jawa saat ini juga sangat tinggi. Jikalau kita tidak mempedulikan hidupan liar Jawa yang sebagian besar mamalianya adalah endemik, tentulah dalam waktu cepat satwa liar di Jawa akan mengalami kepunahan abadi.
Siapa karnivor besar Jawa itu? Ada dua jenis spesies yaitu: macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dan harimau jawa (Panthera sondaica javanica). Macan tutul jawa telah resmi mendapat ‘gelar’ Critically Endengered dari Red List IUCN; sedangkan harimau jawa mendapat ‘gelar’ Extinct. Kedua spesies itu tercantum di lampiran PP No 7/th 1999 tentang satwa yang di lindungi Pemerintah RI.
Kita pasti akan berpikir secara realistik: bagaimana karnivor besar Jawa itu mampu bertahan hidup? Hutan Non Konservasi saya gunakan sebagai contoh analogi jawaban. Hutan non konservasi di Jawa merupakan kawasan penanaman kayu (yang ditebang dan akan ditebang) dan perkebunan dengan tanaman seragam (juga mengalami penebangan saat peremajaan) ternyata masih di huni macan tutul. Itu di hutan non konservasi, apalagi kalau hutan konservasi (yang tidak mengalami penebangan pohon), sudah barang tentu dapat dipastikan tentang eksistensi macan tutul di kawasan konservasi Jawa.
Berarti jika hutan yang tersisa di Jawa masih dijumpai karnivor besarnya, maka sudah barang tentu kawasan tersebut dapat diklaim sebagai habitat karnivor besar Jawa. Artinya distribusi sebaran hutan (apapun kategotinya: konservasi atau non konservasi) adalah habitat predator tersebut. Apakah semua hutan yang tersisa di Jawa menjadi habitat karnivor besar? Tentu jawabannya adalah relatif, bisa ya bisa tidak tergantung sejauh mana kita telah melakukan pendataan dan pemantauan eksistensi macan tutul di hutan-hutan tersisa tersebut.